TEMPO.CO, Madiun - Pencipta Hymne Guru, Sartono, sudah piawai bermain musik sejak remaja. Menurut Sarwono, adik kandung Sartono, kakaknya tidak sempat menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas. "Dia drop out saat kelas II SMA di Surabaya karena bapak meninggal,” kata Sarwono, Ahad, 1 November 2015.
Setelah tidak bersekolah, Sartono mulai aktif bermain musik. Dia belajar secara otodidak. Bahkan pria kelahiran Madiun, 29 Mei 1936, itu kemudian membentuk grup band bernama Combo Ria bersama sejumlah temannya. "Sering main di acara hajatan, tapi waktu itu bayarannya hanya dapat makan," kata Sarwono. Selain nge-band bersama Combo Ria, Sartono juga menjadi personel Korps Musik Ajudan Jenderal Resor Militer (Ajenrem) Madiun.
Karena kemampuannya itulah Sartono kemudian diminta mengajar musik kepada siswa Sekolah Menengah Pertama Katolik Santo Bernardus, Madiun. Di lembaga pendidikan swasta itu, Sartono menjadi guru honorer selama beberapa tahun.
Dunia musik sudah menjadi bagian hidup Sartono. Meski sibuk mengajar serta bermain musik bersama band-nya dan Korps Musik Ajenrem, dia juga menciptakan lagu. Karyanya yang monumental adalah Hymne Guru, Pahlawan tanpa Tanda Jasa. Lagu ini memenangi lomba dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional yang diselenggarakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) pada 1980.
Pada 1 November 2015, pencipta Hymne Guru kembali ke pangkuan Sang Pencipta (Baca: Sartono, Pencipta Hymne Guru Tutup Usia). Sartono mengalami komplikasi akibat serangan gejala stroke, jantung, kencing manis, dan penyumbatan darah di otak. Pria sederhana itu mengembuskan napas terakhir setelah sepekan menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun.
NOFIKA DIAN NUGROHO