Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Instalasi Bambu Seniman Indonesia Buat Kagum Warga Frankfurt

image-gnews
Pameran seni instalasi bambu karya Joko Avianto di Frankfurt. TEMPO/Seno Joko
Pameran seni instalasi bambu karya Joko Avianto di Frankfurt. TEMPO/Seno Joko
Iklan

TEMPO.CO, Frankfurt - Lonceng gereja berdentang  terdengar di kawasan Romerberg, Frankfurt. Kawasan yang telah ada sejak zaman imperium  Romawi dan penuh bangunan  tua-tua itu selalu dipenuhi turis. Para wisatawan biasanya berkumpul di plaza di depan gereja  Altai Nikolai Kirche (Protestan Paris Chuch) di sekitar  air mancur dewi kedilan yang kedua tangannya membawa  pedang dan neraca.

Tapi ada pemandangan agak lain di kawasan plaza Romersberg bulan-bulan ini. Di kafe Frankfurter Kunstverein, letaknya tak jauh dari Museum Schirn Kunsthalle Frankfurt dan juga Katedral Frankfurt yang megah, pengunjung dapat melihat sebuah  instalasi bambu yang memikat. Bambu-bambu itu menutupi hampir separuh  sisi muka kafe kecuali pintu masuk dan jendela-jendelanya.

Yang membuat orang terperangah bambu-bambu itu penampilannya bisa sedemikian plastis. Plintir memelintir. Siapa saja yang lalu lalang di depan kafe tersebut pasti berhenti dan  memotret. Itulah karya perupa Joko Avianto, berjudul Big Tree.

Joko membawa 1525 bambu dari Jawa barat. Di Frankfurt bambu-bambu tersebut ia permak sedemikian rupa sehingga menyerupai empat naungan pohon beringin yang besar. Ia dikenal memiliki teknik sendiri untuk memecah bagian dalam bambu agar bambu kemudian seperti halnya karet bisa lentur dan bisa dibuat belit membelit, gulung menggulung, plintir memelintir.

Karya Joko bagian dari pameran Roots: Indonesian Contemporary Art di Frankfurter Kunstverein. Di dalam galeri kita bisa menyaksikan mural dari Eko Nugroho dan karya Jompet (Yogyakarta) dan Tromarama(Bandung)  . Pameran ini dikuratori Franziska Nori dan Asikin Hasan. Dan kerjasama Galeri Nasional Jakarta dan Frankfurter Kunstverein.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Eko Nugroho menggambari dinding-dinding yang menghubungkan lantai satu dan dua. Seperti biasa mural Eko berupa  sosok-sosok  antara astronot dan makhluk antah berantah tapi ada celetukan-celutakan politik.Nicht politisch sondern schicksal tulisnya di dinding. Sementara Jompet menyajikan karya instalasi gantungan-gantungan 15 sosok kepala yang mengenakan sarung kepala intifadah dari  kaos-kaos pop. Lalu ada gantungan setang-setang sepeda motor.

Jompet ingin menggambarkan  pawai-pawai jalanan  dari kelompok keagamaan tertentu yang  seringmembawa  atribut-atribut. Sebuah toa dipasang. Dari toa itu keluar bunyi  klakson, suara orang menyeru-nyeru. Lampu pada setang sepeda secara otomatis menyala sendiri, dan terdengar suara menderum-derum.

Kelompok Tromarama menampilkan Break a Leg. Mereka menggelantungkan ratusan handuk leher putih yang murah yang diproduksi masal di Cina. Mereka membeli handuk-handuk itu di Cina. Merknya: Good Morning. Mereka ingin merefleksikan soal  globalisasi di Asia. Bagaimana handuk-handuk murah dari Cina itu bisa dijual ke seluruh penjuru Asia. Sampai juga masuk ke toko-toko kelontong kita dan melingkar di leher kernet-kernet mikrolet .Di tiap handuk itu dibordir sesosok laki-laki berlari. Pada sebuah layar, laki-laki itu dihidupkan secara digital. Ia berlari terus menerus tiada henti.

Di Frankfurter Kunstverein, pada 15 Oktober nanti akan ada diskusi yang melibatkan semua perupa, kurator juga Amanda Rrath, profesor dari jurusan sejarah seni Universitas Goethe, Frankfurt . Pada 18 Oktober ,akan ada ceramah  bertema  Bambu dalam Botani dan Seni oleh ahli botani Dr Ulrike Brunke. Sebelumnya menjelang acara pembukaan , pada 25 September lalu   Dr Ulrike Brunke juga menjadi guide penonton ke tempat penanaman bambu di Palmengarten Frankfurt. Dan lonceng Katedral Frankfurt pun berdentang. Empat pohon besar dari bambu yang dibuat Joko Avianto  berdiri kokoh, akar-akarnya seolah tertanam kuat di kawasan katedral.                                                                           
            

SENO JOKO SUYONO (FRANKFURT)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

24 hari lalu

Puluhan ribu warga berpartisipasi dalam Festival Kanda Matsuri, Tokyo. Foto: @tokyoartsandculture
3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.


Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

21 Desember 2023

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.


Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

28 November 2023

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa


Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

21 November 2023

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda


Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

6 November 2023

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.


Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

17 Oktober 2023

Festival budaya Bastar Dussehra di India (utsav.gov.in)
Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.


Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

24 September 2023

Festival Budaya Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.Dok. BPPD NTB
Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.


Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

27 Agustus 2023

Haeundae Beach, salah satu pantai yang populer di kota Busan. Selain jadi tujuan bisnis dan MICE, Busan juga menjadi kota wisata leisure. Foto: @the.rhodes.we.travel
Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.


Festival LGBT Korea Selatan Dihadiri Puluhan Ribu Orang

2 Juli 2023

Peserta Festival Budaya Queer Seoul memegang bendera pelangi besar saat parade di Seoul, Korea Selatan, 1 Juli 2023. REUTERS/Minwoo Park
Festival LGBT Korea Selatan Dihadiri Puluhan Ribu Orang

Penyelenggara acara LGBT memperkirakan sekitar 35.000 orang mengikuti pawai tersebut.


Milad ke-215, Nantikan Kirab Agung Kasultanan Kacirebonan

10 Maret 2023

Pembukaan Festival Budaya 2023 memperingati Milad ke-215 Kasultanan Kacirebonan
Milad ke-215, Nantikan Kirab Agung Kasultanan Kacirebonan

Festival ini akan berlangsung selama 5 hari pada tanggal 9 -13 Maret 2023 di lingkungan Keraton Kacirebonan di Kota Cirebon, Jawa Barat.