TEMPO.CO, Jakarta - Anggota DPR, Anang Hermansyah, meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur menutup tambang pasir di Kabupaten Lumajang. Tambang pasir ini telah memicu terjadinya pembunuhan keji terhadap aktivis lingkungan, Salim Kancil, di sana.
"Harus ada moratorium terhadap tambang pasir besi di Kabupaten Lumajang," ujar Anang di Jakarta, Senin, 5 Oktober 2015.
Anggota Dewan dari daerah pemilihan Lumajang dan Jember itu, Sabtu pekan lalu, menjenguk Tosan, korban kekerasan lainnya dari kasus tambang pasir. Anang menjenguk Tosan, didampingi istrinya, Ashanty.
Setelah menjenguk, Anang menyatakan pendapatnya mengenai tragedi tersebut kepada wartawan. Anang mengatakan, sebelum peristiwa kekerasan menimpa Salim Kancil dan Tosan, dua warga Pasirian ini telah mengantongi dokumen perjanjian untuk menghentikan tambang pasir besi di sana.
"Namun, dalam kenyataannya, praktek tambang pasir besi masih jalan sehingga terjadi peristiwa kemarin itu," ujarnya.
Sebelumnya, anggota Komisi III DPR, Taufiqul Hadi, datang ke Lumajang juga untuk mencari kejelasan soal pembunuhan Salim Kancil. Menurut dia, pemerintah dan aparat keamanan Kabupaten Lumajang mengabaikan aduan warga yang menolak penambangan pasir di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian.
Pengabaian itu, kata Taufiqul, akhirnya memicu penganiayaan yang mengakibatkan Salim Kancil tewas dan Tosan kritis. “Negara terbukti tidak hadir saat warga membutuhkan perlindungan,” ujarnya setelah tim Komisi III DPR mengunjungi Desa Selok Awar-awar, pada Jumat, 2 Oktober 2015.
Menurut Taufiqul, Polres Lumajang tak menindaklanjuti laporan enam warga pada 11 September 2015, yang diancam dibunuh oleh kelompok Kepala Desa Selok Awar-awar Hariyono. Hingga akhirnya peristiwa pembunuhan itu pun terjadi pada Sabtu pagi, 26 September 2015.
Polres Lumajang mengelak saat dituding. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lumajang Ajun Komisaris Heri Sugiyono mengatakan sudah memeriksa Tosan setelah menerima ancaman dari kelompok Kepala Desa Hariyono.
"Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap Tosan," kata Heri, Jumat, 2 Oktober 2015. Dia juga menghimpun kesaksian dari tetangga korban. "Tidak ada yang berani memberikan kesaksian," ujarnya.
ANTARA | IKA NINGTYAS