TEMPO.CO, Frankfurt -
Ingkang dingin Djabrail,Mikail ping kalihnya
Israil kaping tigane,Idjrail kaping sakawan
Sakehe malaikat, punika pan ora ketung
Malih wau cinarita
Mantra dari Serat Tapel Adham itu didaras dengan cepat oleh Joko Winarko. Suara Joko yang mengalun seperti tengah ekstase itu diringi oleh instrumen Ensemble Modern Frankfurt dengan konduktor Frank Ollu. Inilah karya berjudul: Mihrab karya Gatot Danar Sulistyanto. Lulusan Insititut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan musik ini ingin membenturkan teks tasawuf Jawa dengan instrumen-instrumen barat.
“Mantra itu bercerita tentang asal usul Nabi Adam. Tentang peniupan ruh 3 kali,” katanya. Suasana unik terjadi saat latihan hari ini, Senin, 5 Oktober 2015 di Frankfurt LAB. “Kekuatan mantra itu terletak pada ritme dan artikulasi,”kata Gatot.
Gatot terlihat puas bagaimana Frank Ollu dan Ensemble Modern Frankfurt menafsirkan karyanya. Terasa terjadi suatu perbenturan yang tak terduga. Tiupan seksi brass –dengan dua trumpet, satu trombone dan satu horn yang terasa kontras dengan mantra Jawa kuno justru menimbulkan dinamika kuat.
Akan halnya Stevie Jonathan Susanto menyajikan karya: Mata und Senar. Dia yang termuda dari 8 komposer yang karyanya dimainkan Ensemble Modern. Umurnya masih 23 tahun.
Sebuah video yang menampilkan mata berkedap-kedip ditembakkan dilayar saat karyanya dimainkan. Karyanya khusus dimainkan dengan alat-alat yang menggunakan unsur senar.”Mata itu unsur yang kuat. Lima menit saja kita menatap mata orang, kita bisa meraba karakter orang itu,” katanya.
Latihan hari ini juga menyajikan karya Taufik A Adam dari Padang. Dan juga Dewa Ketut Alit dari Ubud. Alit menyajikan karya berjudul: Open My Door. Lastar belakangnya adalah pemusik gamelan Bali. Ia menyajikan karya yang bertumpu pada lapisan-lapisan bunyi atau over lap suara.
“Karya semacam ini pernah saya coba pada gamelan Bali sekarang saya terapkann pada instrumen barat. Saya membuka kemungkinan-kemungkinan. Makanya saya beri judul Open My Door,”katanya.
SENO JOKO SUYONO (FRANKFURT)