TEMPO.CO, Jakarta - Budaya merupakan warisan sebuah bangsa yang berharga yang sudah sepatutnya dilestarikan. Namun, tak sedikit generasi muda di Inodnesia menganggap warisan budaya yang dimiliki bangsa ini terlihat kuno dan kolot sehingga mereka lebih menyukai budaya luar. Ditemui pada momen Hari Batik Nasional di kawasan SCBD Jakarta, Joko Anwar mengatakan jangan melarang anak muda untuk mencintai budaya luar.
"Budaya merupakan identitas dan identitas itu bukan hanya sesuatu yang berbentuk fisik," kata sutradara Kala ini. Menurutnya tak perlu ada yang dikhawatirkan ketika anak muda menyukai budaya luar. "Mereka itu berasa dari Indonesia, pasti ada nilai-nilai budaya Indonesia yang sudah terpatri sejak lahir," lanjut pria kelahiran Medan ini.
Sebagai orang tua, lanjut dia, kita tidak bisa memaksakan anak muda untuk mencintai sesuatu. "Kita enggak bisa paksa anak muda dengan bilang 'hey anak muda, jangan nonton film luar negeri, nonton film Indonesia aja,'" kata Joko.
Dengan demikian, kata Joko, anak muda bisa menjadi lebih kreatif. "Mereka akan menghasilkan asimilasi budaya sehingga menghasilkan budaya baru," lanjutnya.
Pria berusia 39 tahun ini mengatakan sebaiknya kita sebagai pelaku harus bisa membuat format budaya yang menarik untugenerasi muda tanpa menghilangkan esensi dari budaya luhur kita. Ia menunjuk kelompok musisi berbakat asal Jogja Hip Hop Foundation sebagai contoh nyata asimilasi yang menarik.
"Lihat mereka," sambil menunjuk para personil Jogja Hip Hop Foundation, "mereka itu contoh nyata dari percampuran budaya."
DINI TEJA