TEMPO.CO, Jakarta - Netizen kembali dihebohkan dengan klaim bahwa gamelan merupakan milik Malaysia. Kali ini, klaim tersebut muncul dalam akun Instagram Asosiasi Tenis Profesional, @atpworldtour, yang menampilkan foto para atlet tengah bermain gamelan. Teks foto tersebut menyebutkan gamelan merupakan instrumen asli negeri jiran, bukan Indonesia.
"Now playing: @grigordimitrov and David Ferrer try out a #Malaysian musical instrument in #kualalumpur," tulis administrator akun Instagram tersebut. Dalam foto, Grigor dan David tampak memukul bonang sambil ditemani pemain gamelan lainnya.
Momen yang diambil oleh fotografer Kamarul Akhir itu diunggah ke akun @atpworldtour pada Selasa siang, 29 September 2015. Petenis peringkat sebelas asal Bulgaria dan petenis kawakan asal Spanyol itu tampak bahagia dalam foto tersebut.
Foto itu disukai 6.406 pengguna Instagram di seluruh dunia. Sementara pengikut akun resmi ATP mencapai 457 ribu akun.
Netizen asal Indonesia langsung bereaksi keras terhadap klaim ini. "Poor Malaysia! lapor pak @ridwankamil," tulis akun @fridayuu pada kolom komentar. Pemilik akun @rikanaftalia juga mengecam aksi klaim ini. Ia bahkan melaporkan kasus ini ke akun Instagram milik Gubernur DKI Jakarta @basukitp. "Malaysia dan ATP mengklaim kalau gamelan milik Malaysia. Salah besar! Itu milik Indonesia," kata dia sambil menautkan komentarnya ke beberapa akun resmi Ahok dan media massa.
Keterangan foto ATP yang diunggah di Instagram ternyata berbeda dengan teks di situs resmi www.atpworldtour.com. Pada laman tersebut, tertulis Grigor dan David tengah memainkan gamelan yang merupakan alat musik tradisional asal Indonesia. Namun, judul dan teks foto tersebut juga paradoksal.
"Grigor Dimitrov dan David Ferrer memainkan alat musik tradisional Indonesia yang disebut gamelan menjelang penampilan mereka di Kuala Lumpur," pada teks foto. Sementara judulnya: "Dimitrov dan Ferrer mencoba budaya Malaysia'.
Ini bukan pertama kalinya budaya Indonesia diklaim milik Malaysia. Pertama, klaim terhadap kesenian reog Ponorogo pada November 2007. Setelah reog, berikutnya Malaysia mengklaim lagu daerah asal Maluku, Rasa Sayange, pada Desember 2008. Tari pendet dari Bali juga sempat diklaim pada Agustus 2009 lewat iklan pariwisata Malaysia Truly Asia. "Klaim ini selesai setelah ada protes dari Indonesia," ujar Wiendu.
Selanjutnya, pada 2009 kerajinan batik diklaim, tapi masalah ini selesai karena UNESCO mengakui batik Indonesia. Pada Maret 2010, Malaysia mengklaim alat musik angklung. Malaysia juga pernah mengklaim kuda lumping dan keris.
PUTRI ADITYOWATI