Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Naskah Kuno Gending Jawa Dibukukan  

image-gnews
Mulyana, Pamong Budaya Musium Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat, melaminasi naskah kuno dengan pelapis khusus agar tidak rusak, Jumat (24/2). Sebanyak 145 naskah kuno koleksi musium dan Badan Perpustakaan & Arsip Daerah Jawa Barat dari abad 17 dan 18 dilapis ulang akibat kondisinya yang mulai lapuk. TEMPO/Prima Mulia
Mulyana, Pamong Budaya Musium Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat, melaminasi naskah kuno dengan pelapis khusus agar tidak rusak, Jumat (24/2). Sebanyak 145 naskah kuno koleksi musium dan Badan Perpustakaan & Arsip Daerah Jawa Barat dari abad 17 dan 18 dilapis ulang akibat kondisinya yang mulai lapuk. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta meluncurkan buku Wiled Berdangga Laras Slendro yang merupakan dokumentasi atas gending Jawa bergaya (gagrak) Ngayogyakarta. Buku ini merupakan alih aksara naskah kuno (Titilaras Andha) karya Radeng Tumenggung Kertanegara pada 1819 yang dihimpun kembali oleh Raden Tumenggung Wiraguna.

Anggota tim penerjemah, Kanjeng Raden Tumenggung Purwodiningrat, mengatakan penerbitan buku ini didasari keprihatinan kecilnya jumlah dokumentasi gending Jawa bergaya Yogyakarta. Selain itu, banyak dari gending-gending itu mulai jarang dimainkan dalam pentas karawitan. “Kebanyakan (dokumentasi) gagrak Surakarta,” katanya, Senin 31 Agustus 2015.

Gending Jawa pada dasarnya hanya satu. Karena pada masanya, Surakarta dan Yogyakarta adalah satu kerajaan. Maka gendingnya juga memiliki kesamaan. Bahkan cara memainkannya juga tak banyak berbeda. Meski demikian, ia mengatakan, gending Yogyakarta dan Surakarta tetap memiliki perbedaan. Dan buku setebal 326 ini hanya merangkum gending laras pelog bergaya Yogyakarta.

Catatan gending dalam naskah kuno, lanjut dia, tercatat dengan tulisan tangan, bernotasi andha, dan beraksara Jawa. Notasi ini berbeda dengan partitur pada musik-musik barat. Notasi andha tersusun dari atas ke bawah. Bentuknya bulat-bulat. Tim penerjemah lantas menerjemahkannya pada aksara kepatihan (aksara latin). “Proses alih aksara itu berlangsung sejak 2005,” kata Trustho, salah seorang editor buku.

Ia mengatakan semasa hidupnya, Wiroguna setidaknya mendokumentasi 550 gending Jawa gagrak Yogyakarta berlaras pelog dan slendro. Sementara laras slendro terangkum dalam buku ini, laras pelog terdokumentasikan dalam buku yang diluncurkan Dinas Kebudayaan pada 2014 lalu. Di luar kedua buku itu, masih banyak gending-gending Jawa yang belum terdokumentasikan dengan baik.

Selain itu, lanjut dia, catatan tentang gending juga belum lengkap sempurna. Alasannya, simbol notasi gending yang belum baku laiknya partitur dalam musik-musik barat. Tapi, “Penerbitan ini menjadi upaya penyelematan, dulu naskah kuno itu hanya tulisan tangan,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pengajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta Siswadi mengatakan karawitan adalah seni tradisi. Dulu, seni diajarkan dengan cara menularkannya melalui tradisi lisan. Tapi, ia melanjutkan, beruntung ada tokoh seperti Kertanegara dan Wiraguna yang tergerak untuk mendokumentasikan dalam notasi andha. “Bisa dibayangkan kalau tak ada dokumentasi mereka, mungkin buku ini juga tak ada,” katanya.

Menurut dia, sebuah dokumentasi yang baik adalah catatan yang memberikan informasi sebanyak-banyaknya. Dan musik-musik barat-lah yang memiliki kelengkapan dokumentasi notasi. “Karawitan tidak seperti itu,” katanya.

Sementara partitur dalam musik Barat dibuat untuk dimainkan, notasi gending hanya berfungsi sebagai “balungan”. Posisi itu, ketidaklengkapan catatan, kata dia, tidak serta merta menjadi kelemahan bagi gending Jawa. “Karena memang beda musik barat dan gending Jawa,” katanya.

Salah satu keunggulannya, kata dia, notasi gending Jawa memberi peluang pada perawit untuk menerjemahkannya kembali. Sehingga gending Jawa pun berkembang dengan banyak ragam. “Penabuhnya sama saja bisa berbeda musiknya, apalagi penabuhnya beda orang,” katanya.

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

10 jam lalu

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

Bamsoet mendukung rencana touring kebudayaan bertajuk "Borobudur to Berlin. Global Cultural Journey: Spreading Tolerance and Peace".


Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

2 hari lalu

Ratusan perempuan mengikuti event lari Mbok Mlayu di Kota Yogyakarta pada Hari Kartini 2024. Dok.istimewa
Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.


Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

4 hari lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

5 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

17 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

21 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

39 hari lalu

 Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Siti Nugraha Mauludiah (kedua dari kiri) dan Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia Ina Lepel (kedua dari kanan) menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama tentang operasional Goethe-Institut di Indonesia di Goethe-Institut Jakarta, Kamis, 14 Maret 2024. Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Dr Stefan Dreyer (kanan) dan Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Ani Nigeriawati (kiri) menyaksikan penandatanganan ini. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Jerman di Jakarta
Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

41 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

47 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

47 hari lalu

Sejumlah warga mengikuti tradisi keramas bersama di bantaran Sungai Cisadane, Kota Tangerang, Banten, Selasa, 21 Maret 2023. Tradisi keramas bersama tersebut sebagai simbol membersihkan diri menjelang Ramadan. ANTARA FOTO/Fauzan
3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.