TEMPO.CO, Jakarta -Sejumlah seniman kondang akan memamerkan karyanya di Galeri Nasional dalam pameran yang diselenggarakan Galeri Canna dan Galeri Nasional. Dalam pameran bertajuk Langkah Kepalang Dekolonisasi ini, para seniman akan memamerkan karya yang melihat kembali karya seni pada 1946-1949. Pameran ini sebagai perayaan kemerdekaan Republik Indonesia ke-70.
Pameran akan dilaksanakan mulai 20-30 Agustus 2015 di Galeri Nasional. Para seniman yang akan terlibat dalam pameran ini antara lain : Agung Mangu Putra, Chusin Setiadikara, Entang Wiharso, Putu Sutawijaya, Suraji,Heri Dono, JA Pramuhendra, Aditya Novali, Maharani Mancanegara, Win DwiLaksono, Wiyoga Muhardanto, Made Wiguna Valasara, Abdi Setiawan, Jumaldi Alfi, Rosid, Oky Rey Montha, Ito Joyoatmojo, Tatang Ramadhan Bouqie, Indyra, Feureau, Andi Dewantoro, dan M. Irfan.
Pada pembukaan pameran yang akan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, juga menampilkan group Zico yang erdiri dari Donny Ahmad (kurator), Adhisuryo, Aliansyah C, Angga A. Atmadilaga, Benanda P, Jabbar Muhammad, Michael Binuko, Mirfak Prabowo,!M. Fatchi B, M. Zico Albaiquni, Patriot Mukmin, Radi Arwinda, Sidharta K, Sigit Ramadhan, Vincent R dan RegaRahman.
Kurator Pameran, Jim Supangkat, menjelaskan pameran ini menampilkan karya-karya yang melihat kembali periode perjuangan 1946-1949, berdasarkan kesadaran sejarah dan bukan lagi representasi realialitas seperti artefak sejarah.
“Tidak terbatas pada perkembangan Indonesia sebagai gejala lokal, hubungan perjuangan Indonesia periode ini tanda-tanda perkembangan dunia membuka peluang melihat sejarah sebagai persoalan global,” ujarnya.
Pada kurun waktu itu hamper semua seniman kumpul di Yogyakarta melihat upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka mengekspresikan dengan karya-karya mereka yang menampilkan realitas kehidupan rakyat, perang akibat agresi militer, perjuangan laskar-laskar rakyat, dan upaya diplomasi yang terus menerus gagal. Tak kurang 40 karya yang menjadi artefak sejarah dikumpulkan dan disimpan di Istana Negara.
DIAN YULIASTUTI