TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas Salihara menggelar forum musik bertajuk World Music Salihara untuk pertama kalinya. Program ini menampilkan serangkaian karya musik baru yang berangkat dari khazanah tradisi Nusantara dan dunia.
Program ini diadakan mulai Rabu, 5 Agustus 2015, sampai Minggu, 9 Agustus 2015. Acara ini dimeriahkan musikus dan komponis besar yang karyanya memiliki akar tradisi etnis Nusantara. Mereka adalah I Wayan Balawan, Sinta Wullur, Suarasama, dan Malacca Ensemble. Program ini juga menyertakan tribute kepada komponis kawakan Indonesia, Trisutji Kamal.
"Ini program yang pertama dalam festival. Sebelumnya Malacca dan Balawan pernah main sendiri di Salihara," ujar Tony Prabowo, komponis sekaligus kurator Salihara, kepada Tempo di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis, 6 Agustus 2015.
World music (musik dunia) adalah istilah untuk menyebutkan kategori musik yang meliputi beragam warna musik berbeda di dunia, termasuk musik tradisional. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Robert E. Brown, seorang etnomusikologis, pada awal 1960-an.
"World Music Salihara ini menampilkan komponis yang karya-karyanya dipengaruhi oleh unsur-unsur etnik," tutur Tony.
Tidak hanya etnik lokal seperti Bali, musik yang dihadirkan juga memiliki elemen budaya dari luar seperti India, Afrika, Timur Tengah, Cina, Eropa Timur, dan sebagainya. Program ini dapat disaksikan dengan membeli tiket Rp 75 ribu untuk umum dan Rp 50 ribu untuk pelajar.
LUHUR TRI PAMBUDI