TEMPO.CO, Surakarta - “Sehat and waras and healthy, my awak always capek sekali
Sirahku sirahku sirahku sirahku, please protect me. Stop the mumet stop the mumet stop the mumet...”
Penggalan lagu berjudul Mumet itu mengalun dari bibir Megan O’Donoghue, wanita asal Amerika yang tengah merilis album di Studio Lokananta, Ahad malam lalu. Uniknya, olah vokal serta cengkok yang digunakan oleh wanita bule itu menggunakan teknik seorang sinden.
Selama tiga tahun terakhir, Megan, yang seorang penyanyi seriosa, sedang menimba ilmu di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo sebagai seorang sinden. Selama di Solo, dia sering menjadi sinden untuk sejumlah dalang terkenal, seperti Ki Manteb Sudarsono, Ki Enthus Susmono, dan Ki Purbo Asmoro.
Proses berkeseniannya tersebut kemudian ia refleksikan dalam sebuah album berjudul Peshawar, yang ia rekam sepanjang Maret-Mei lalu. Ia sengaja merekam di Studio Lokananta, karena nilai sejarahnya. Ada sembilan lagu yang disuguhkan dalam tiga bahasa, yakni Inggris, Indonesia, dan Jawa. Di beberapa lagu, Megan menggunakan tiga bahasa sekaligus, selang-seling.
Dalam pembuatan album, dia diiringi oleh kelompok Gemati, yang berisi kumpulan musikus asal Solo, seperti Gondrong Gunarto (kecapi), Joko Gombloh (gitar bas), Misbah Bilok (suling), serta Si Doel Pecas Ndahe (selo). Musik yang mengiringi cukup variatif, dari pop modern hingga iringan keroncong.
Hanya, lirik-lirik dalam lagu itu memang sulit dipahami. Antara bait satu dan yang lainnya seakan tidak berkaitan. “Liriknya mengalir begitu saja di kepala saya,” kata bule yang cukup fasih berbahasa Jawa itu. Kebanyakan lagunya merupakan sebuah balada tentang kisah hidupnya selama belajar di Indonesia.
Pengamat seni asal Yogyakarta, Sutanto Mendut, tidak mempersoalkan masalah lirik dalam lagu Megan. “Lagunya sangat mudah dinikmati,” katanya. Adapun sinden asal Solo, Endah Laras, mengaku cukup kagum akan kecepatan Megan dalam menguasai seni karawitan. “Padahal Megan belum menggunakan seluruh kemampuannya,” katanya. Sebab, sebenarnya Megan juga menguasai teknik vokal cengkok Sunda dan Banyuwangi.
AHMAD RAFIQ