TEMPO.CO, Jakarta - Cina, Senin, 29 Juni 2015, menuding Filipina menyebarkan informasi salah dan menciptakan khayalan sebagai korban sengketa Laut Cina Selatan, setelah Manila menyiarkan film dokumenter tiga seri yang membela sikapnya.
Bagian pertama film serial dokumenter berjudul Karapatan sa Dagat atau Hak Bahari itu diluncurkan saat Filipina memperingati hari kemerdekaan pada 12 Juni. "Filipina berupaya membelokkan dan membohongi, menarik simpati dengan menipu dan menciptakan khayalan sebagai korban," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Hua Chunying, dalam pernyataan di laman kementerian itu. Ia menuding Filipina berniat menghasut rakyat kedua negara.
Adu kilah Manila dengan Beijing terkait dengan sengketa Laut Cina Selatan pada beberapa bulan belakangan meningkat. Pekan lalu, juru bicara Kementerian Pertahanan menuding Filipina mencoba menarik negara lain masuk ke dalam sengketa untuk meningkatkan ketegangan kawasan, setelah Jepang bergabung dalam latihan militer dengan Filipina.
Filipina menyatakan film dokumenter tersebut dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan meraih dukungan rakyat dalam kebijakan dan aksi pemerintah.
Dalam pernyataannya, Hua menambahkan, "Cina dan Filipina adalah sahabat dalam jangka panjang serta tetangga baik, dan telah menunjukkan bahwa mereka bisa menangani isu Laut Cina Selatan dengan semestinya melalui konsultasi bersahabat."
Cina bertindak semakin agresif di kawasan Laut Cina Selatan, yang kaya potensi energi, dengan membangun pulau-pulau buatan di kawasan yang juga diklaim Filipina serta beberapa negara lain. Langkah tersebut memicu kekhawatiran di kawasan dan Washington.
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan pada Sabtu bahwa Cina akan mempermalukan para leluhur jika mengubah posisinya dalam klaim atas Laut Cina Selatan. Adapun jika tidak menghadapi pelanggaran kedaulatan Cina di sana akan membuat malu anak-anak mereka.
ANTARA