TEMPO.CO, Bandung - Kolaborasi Bandung Prancis. Itulah kerja bareng yang dilakukan Band Saraswati dan Gran Kino untuk mini album yang mengangkat tema sosok Bujangga Manik. Melalui album yang berjudul Balladestour yang terinspirasi dengan kisah perjalanan Pangeran Kerajaan Pajajaran di abad 15. Naskah riwayat perjalanannya ditulis di lembaran daun lontar dengan bahasa serta aksara Sunda kuno, dan kini menjadi koleksi Perpustakaan Bodleian di Oxford, Inggris.
Salah seorang penerjemah naskah tersebut, Undang Ahmad Darsa mengatakan, Bujangga Manik bernama asli Prabu Jaka Pakuan. Setelah pulang dari perjalanan pertamanya dari ibukota kedua kerajaan Pajajaran di Pakuan, Bogor, hingga Pemalang, dan kembali dengan menumpang kapal hingga Kalapa atau Batavia, ia dijuluki Rakean Ameng Layaran.
"Ia salah seorang pangeran atau putra mahkota kerajaan Pajajaran," ujar filolog atau ahli pembaca naskah kuno dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran pada medio Mei 2015.
Rute pertama perjalanan Bujangga Manik diantaranya dari istana, Bangkis, Puncak, melintasi Sungai Citarum, Gunung Tampomas, Cipamali, Demak, dan Pemalang. Di pelabuhan, ia memutuskan pulang ke istana dengan menumpang kapal layar pelaut Malaka sampai di Kalapa atau Batavia. "Ia pulang karena rindu dengan ibunya," kata dosen filologi berusia 53 tahun tersebut.
Setelah bertemu ibunya, Bujangga Manik memutuskan berkelana lagi. Melintasi ulang jalur perjalanan pertamanya, kata Undang, setelah itu antara lain masuk ke Brebes, Pekalongan, pegunungan Dieng, Sundoro, Demak, Daha, Bubat, Alun-alun Majapahit, lereng Gunung Mahameru. Langkah kakinya juga antara lain menapaki Panarukan, Blambangan, lalu menyeberang dan menyusuri Bali selama setahun lebih sedikit. "Dia merasa kecewa karena di Bali saat itu sudah ramai orang," ujar Undang.
Dari Bali, Bujangga Manik kembali ke Jawa menyusuri jalan daerah selatan. Namun kata Undang, bukan lurus menyusuri pantai. Ia tetap melintasi sungai dan kaki-kaki gunung. "Umumnya pada sisi gunung sebelah selatan," kata dia. Perjalanan Bujangga Manik berakhir di sekitar Gunung Patuha, yang diduga sebagai tempat wafatnya.
Dari naskah yang ditulisnya, Bujangga Manik menyebut dirinya sebagai pemuda saat itu berkelana. Undang memperkirakan usianya antara 18 sampai 23 tahun. Adapun waktu dan lamanya perjalanan tersebut dalam naskah nihil. Dari nama-nama tempat yang ditulis tersebut, Undang menduga perjalanan Bujangga Manik dilakukan antara kurun 1482 hingga 1500 Masehi.
ANWAR SISWADI