TEMPO.CO, Jakarta - Aliansi Seniman Sumatera Selatan (ASSS) mengancam memboikot hajatan Festival Film Indonesia (FFI) 2014 di Palembang. Alasannya, panitia FFI dianggap telah bertindak arogan dan menyepelekan keberadaan senimal lokal. Kekecewaan itu disampaikan oleh ASSS dalam aksi damai di kantor DPRD, Palembang, Senin, 3 November 2014.
Koordinator ASSS, Jimmy Pieter, menjelaskan selama masa persiapan acara yang rencananya digelar awal Desember itu, para seniman hanya di anggap buruh harian. Padahal mereka merupakan pekerja seni berpengalaman.
Panitia juga menunjuk penyelenggara acara dari kalangan perhotelan dan meninggalkan Dewan Kesenian Palembang maupun Sumatera Selatan. "Seharusnya mereka melibatkan dewan kesenian karena itu memang bidang kami," kata Jimmy.
Dalam aksi damai itu, para pengunjuk rasa mempertanyakan sikap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan yang menunjuk penyelenggara acara perhotelan sebagai panitia inti, meskipun mereka bukan profesional di bidang seni dan film.
Jimmy Pieter mengancam akan mewujudkan boikot itu jika tidak ada perbaikan di dalam struktur kepanitiaan. "Kami tidak terima kalau hanya menjadi pemanis acara seremonial saja," kata dia.
Protes aliansi ini ditanggapi anggota Dewan Sumatera Selatan R.A. Anita Noeringhati. Politikus Partai Golkar ini memaklumi kekecewaan para seniman. Dia berjanji akan berkoordinasi dengan dinas terkait. "Semuanya harus dilibatkan secara makaimal," kata Anita.
Anita mengatakan tidak setiap acara FFI berlangsung di Palembang. Sehingga sudah selayaknya panitia melibatkan seniman di daerah itu. "Tidak boleh diskriminasi," katanya.
PARLIZA HENDRAWAN