TEMPO.CO, Bojonegoro - Para perajin wayang krucil dan thengul di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, terancam punah. Perajin wayang khas Jawa Timur bagian barat ini, mulai sulit ditemui akibat terhambatnya proses regenerasi.
Wayang krucil dan wayang thengul dikenal di sejumlah kabupaten di eks Karesidenan Bojonegoro. Seperti di Kabupaten Tuban, Ngawi, Jombang, Lamongan, Nganjuk, Mojokerto, hingga kota-kota di Madiun dan sekitarnya. Kesenian wayang yang kerap menggunakan lakon tokoh Umar-Amir ini, juga menyebar di Kabupaten Blora, Jawa Tengah dan sekitarnya.
Wayang krucil dan thengul bahan bakunya dari kayu yang dibuat mirip boneka. Besarnya hampir sama dengan wayang kulit. Tetapi, wayang ini berbeda dalam penyampaian isi dan pesannya. Jika wayang kulit lebih menceriterakan soal sejarah Ramayana dan Mahabharata. Sedangkan wayang krucil dan thengul, diambil dari legenda rakyat yang biasanya mengangkat cerita dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Misalnya, di Kerajaan Majapahit, Mataram hingga kerajaan Demak. Wayang ini, biasanya dimainkan jika ada pelbagai acara. Seperti acara sunatan, sedekah desa, ruwatan, atau memeriahkan hari-hari besar di Jawa.
Di Bojonegoro, perajin wayang krucil dan thengul, kemungkinan jumlahnya tak lebih dari tujuh orang. Mereka sebagian sudah meninggal juga termakan umur sehingga sudah tidak berkarya lagi. Di antaranya perajin sekaligus dalang Mardi Degleg, dari Kecamatan Kapas. Juga ada beberapa perajin dari Kecamatan Gondang, Padangan dan juga di Kasiman.
Salah satu perajin wayang krucil dan thengul adalah Santoso,70 tahun, yang hingga sekarang ini masih terus berkarya. Pria yang tinggal di Dusun Kalangan, Desa Padangan Kecamatan Padangan, Bojonegoro ini, masih tetap menerima order pembuatan wayang krucil dan thengul.
Sebagai catatan, sebagian besar wayang thengul dan krucil yang dipakai para dalang di Bojonegoro, Blora dan Tuban, buatan Santoso. Selain dikenal punya ciri khas, terutama corak dan wajah wayang, serta serat-serat kayunya halus.
Menurut Santoso, karya wayangnya sudah banyak dikoleksi pada dalang di Bojonegoro dan sekitarnya. Selain itu, pesanan wayang juga datang dari Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya dan kota besar lainnya. Di Bojonegoro, misalnya sejumlah dalang terkenal, adalah wayang buatannya. Termasuk, wayang thengul dan krucil yang dikoleksi di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro. "Ya, banyak tersebar," ujarnya pada Tempo di rumahnya di Padangan, Bojonegoro, Sabtu 11 Oktober 2014.
Namun Santoso prihatin dengan kondisi sekarang ini. Banyak perajin dalang yang sudah tua dan meninggal. Bahkan, dirinya memperkirakan tak lebih dari tujuh orang perajin wayang krucil dan thengul. Dikhawatirkan, dalam lima tahun ke depan, wayang khas Bojonegoro ini, jadi punah.
Dia menyebut, di rumahnya ada anak lelakinya, Aris Sudarsono, yang juga berbakat menekuni seni pahat. Dari wayang kaligrafi dan sebagainya. Tetapi, jumlah generasi muda yang menekuni kerajinan ini, sudah sulit ditemukan.
Dalang wayang thengul dan krucil, Gatot Sujarwo, mengaku prihatin dengan jumlah perajin wayang krucil dan thengul yang langka. Dia mengakui, ada empat kotak, masih-masing kotak berisi 80 biji wayang hasil buatan Santoso. "Jumlahnya, tinggal beberapa orang," ujarnya pada Tempo yang ditemui di rumahnya di Desa Kasiman, Kecamatan Kasiman, Bojonegoro.
Guru di sebuah sekolah Negeri ini, mengakui, jika lima-10 tahun mendatang, tidak ada regenerasi perajin dalang, dikhawatirkan akan punah kesenian ini. Makanya, di rumahnya Gatot juga tengah belajar membuat wayang bersama-sama para anak asuhnya. "Saya berharap, masih ada penerusnya," imbuhnya.
SUJATMIKO
Topik terhangat:
Mayang Australia | Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD
Berita terpopuler lainnya:
Sanksi SBY Buat Nurhayati
Jadi Tangan Kanan Prabowo, Aburizal Enggan Mundur
Disfungsi Ereksi, Pria Ini Masukkan Baja ke Penis
PAN: Pindah Kubu seperti Menceraikan Istri Teman