TEMPO.CO, Jakarta - Rambutnya dicat dengan dua warna, cokelat tua dan pirang, secara selang-seling. Ia memakai kaus buntung tanpa lengan yang menampakkan tato burung phoenix di tangan kanannya. Lehernya digelayuti miniatur jetski perak. "Dandanan gue ya begini kalau pergi, menyenangkan," kata Aero Sutan Aswar, atlet jetski Indonesia, di Celebrity Fitness, Mall FX, Senayan, Jakarta, Kamis lalu.
Umurnya baru 19 tahun, tapi prestasinya dalam olahraga jetski mentereng. Ia meraih gelar juara III dunia dalam kompetisi jetski internasional World Finals, yang digelar pada Oktober 2013 di Lake Havasu, Arizona, Amerika Serikat. Sebelumnya, prestasinya juga cihui. Di antaranya medali perunggu Asian Beach Games 2008 di Bali dan medali emas Asian Beach Games 2010 di Muskat, Oman.
Jetski memang bukan dunia yang asing di keluarga Aero. Ayahnya, Saiful Sutan Aswar alias Fully, adalah Ketua International Jet Sport Boating Association (IJSBA) untuk Indonesia. Begitu pula adiknya, Aqsa Sutan Aswar, juga merupakan pembalap jetski. "Gelombang adalah kanvas dan kami adalah kuasnya," kata Aero, yang sejak usia 2 tahun sudah menunggangi jetski.
Selain bermimpi menjadi juara dunia jetski, pemegang sabuk hitam dalam olahraga taekwondo ini bermimpi menjadi ahli komputer dan fotografi. Alasannya, ia suka detail. Apalagi untuk memprogram jetski diperlukan juga penguasaan ilmu komputer.
Sewaktu masih kecil, ia kecanduan film kartun Detektif Conan. Aero menyukai rangkaian kasus Conan yang rumit. Ia dibuat kagum, bahkan ingin meniru gaya tokoh dalam cerita itu dengan memecahkan teka-teki kasus lewat pengumpulan data atau observasi yang detail. Dan itulah yang sedikit terbawa dalam kehidupan remajanya saat ini. "Gue nonton sambil berpikir, sampai terkadang menebak pembunuhnya, dan benar," tutur Aero.
Sama seperti Conan, Aero tipikal orang yang optimistis mengatasi teka-teki dan masalah. Ketika menghadapi masalah kegemukan, dalam 3 bulan ia bisa menurunkan berat badan dari 100 kilogram menjadi 70 kilogram. Saat itu, di usia 16 tahun, demi tekad mendapatkan badan bagus, Aero lari selama 4 jam saban hari di Gelora Bung Karno. "Dan berhasil," katanya.
Pemuda kelahiran Jakarta ini memang amat ngotot ingin mendapatkan sesuatu. Saat merasa tidak akan bisa menang di podium puncak, ia akan melakukan persiapan secara gila-gilaan. Setiap akan menghadapi kejuaraan, Aero akan bangun pukul 4 pagi untuk lari di gunung dan hutan, kemudian tes jetski, dan itu berlangsung setiap hari sampai pukul 7 malam, dilanjutkan rapat.
Aero memang berambisi jadi raja air, seperti Poseidon—dewa penguasa laut. Di kaki kirinya telah bertengger tato lambang tongkat milik Poseidon: Trisula. Tato itu ia buat saat sekolah menengah pertama di Jakarta. Tongkat itu dilingkari ombak Jepang yang diketahuinya sebagai ombak paling ganas di dunia. "Ini tato pertama gue, dan jadi kekuatan gue bergerak di atas air," tuturnya.
Berita buruknya, kini Aero sedang mengalami cedera di bagian lutut kanannya. Ia mendapat cedera itu dalam kejuaraan Pro Runabout Stock Moto 2 beberapa waktu lalu, setelah berusaha menghindari tabrakan dengan Troy Snyder—pembalap jetski lain. "Gue hampir mendarat di atas Troy, jadi gue coba untuk miring ke samping perahu dan, ketika mendarat, ada gelombang 10 kaki memukul lutut gue, dan sepertinya retak," ujarnya.
Ketika ditanya apakah akan menjalani operasi, Aero mengatakan belum tahu. Sebab, ia ingin memenangi kejuaraan Tour National AS dan bersaing di World Final. Jika semua berjalan lancar, ia akan memilih menjalani operasi setelah musim berakhir. "Saya berangkat tanggal 20 Juni nanti ke Amerika," katanya.
Heru Triyono