TEMPO.CO, Bandung - Sisi hidup pelukis legendaris mendiang Sudjojono seperti belum habis digali. Kali ini Galeri Soemardja ITB menggelar kembali pameran tentang Bapak Seni Lukis Indonesia Baru itu. Fokusnya pada gejolak masa muda Sudjojono.
Pameran berjudul "Aku dan Dia" itu akan dibuka pada Senin malam ini, 27 Januari hingga 21 Februari 2014. Menyuguhkan lukisan, sketsa, dan sejumlah arsip, pameran akan disertai diskusi pada Sabtu siang hingga sore, 8 Februari 2014. "Pameran kali ini untuk melengkapi beberapa pameran Sudjojono sebelumnya di beberapa kota," kata Direktur Galeri Soemardja, Aminudin TH Siregar, kepada Tempo, Senin, 27 Januari 2014.
Bahan pameran ini hasil penggalian artefak Sudjojono di keluarga besar Mia Bustam, istri pertama Sudjojono, dan koleksi sejumlah orang. Proses itu melibatkan orang-orang yang tak hanya dekat Sudjojono, tetapi juga yang berjarak dan tidak pernah bertemu muka dengannya. "Pendekatan kurasi model arkeologis ini penting untuk mendekati sosok S. Sudjojono," ujarnya.
Kurator yang akrab disapa Ucok itu mengatakan, pameran ini menawarkan lekuk kehidupan S. Sudjojono semasa muda, gairahnya terhadap seni, percintaan, idealisme, popularitas, hobi membaca buku, minat intelektual dan lingkungan pergaulannya yang luas hingga tokoh-tokoh politik dan pergerakan, dan ironi rumah tangganya. "Pameran ini antara lain mencoba mengajak kita kepada perenungan ke arah itu," kata dia.
Di ruang pamer, sederet lukisan reproduksi menemani sebuah lukisan asli Sudjojono berjudul Rino Mendongeng. Lukisan seukuran meja tulis itu bergambar sesosok bocah lelaki anak Sudjojono sedang tersenyum. Lukisan yang ditaksir seharga Rp 2 miliar di balai lelang itu diberi tiang pengaman.
Benda lain yang menarik adalah sebuah buku setebal 190 halaman berjudul Mei karya Herman Gorter terbitan 1916 di Amsterdam, Belanda. Pada halaman kosong setelah sampul, Mia Bustam menulis kalimat berhuruf sambung dengan pena. "Buku ini telah kutjuri dari perpustakaan Bataviase Rumstkring untuk kekasihku dalam tahun 1942." Di bawah kalimat itu Sudjojono balas menulis dengan bahasa Belanda. Artinya kurang lebih, siapa pun perempuan yang membaca buku ini, layak menjadi kekasih saya.
ANWAR SISWADI