TEMPO.CO, Bandung - Puluhan seniman di Bandung berkumpul dalam seminar dua hari untuk membahas persiapan acara seni Bandung Bienalle, yang digagas Herry Dim, Tisna Sanjaya, dan Koko Sondari, Rabu, 6 November 2013. Seminar yang terbagi dalam sejumlah sesi dan pembicara itu akan merumuskan bentuk dan ciri Bandung Bienalle. "Hasil seminar nantinya yang akan menentukan Bandung Bienalle bakal seperti apa," kata Herry Dim.
Menurut Herry, beragam perhelatan seni rupa berbentuk pameran dan festival sudah sering diadakan di Bandung. Namun, hingga sekarang belum ada perhelatan akbar seni rupa. "Pembicaraannya sejak 1980-an, tapi pemerintah daerah sampai sekarang belum mendukung," ujarnya, Rabu, 6 November 2013.
Mengingat perhelatan seni dalam skala besar sulit dikerjakan sendiri oleh seniman, menurut Herry, posisi pemerintah itu akan diisi oleh Galeri Nasional. Hal ini diamini Direktur Galeri Nasional Jakarta Tubagus Andre Sukmana. "Kami akan mendukung dan menjadi fasilitator Bandung Bienalle," katanya.
Konsep Bandung Biennalle rencananya berbeda dengan biennalle yang sudah berjalan di sejumlah kota, seperti Jakarta dan Yogyakarta. "Di sini (Bandung) banyak pemikir seni, yang bekerja tidak sepenuhnya intuitif untuk membedakan Bandung Bienalle dengan kota lain," ujar Herry.
Salah satu gagasan menarik datang dari Jim Supangkat. Jim ingin menerobos batas-batas wilayah seni tinggi dan rendah. Karya seni rupa yang bisa dihadirkan dalam pameran itu seperti gaya lama hingga kontemporer, termasuk barang kerajinan.
Menurut Herry, Bandung Bienalle kemungkinan besar baru akan terwujud pada 2015. Hasil seminar yang berlangsung hingga Kamis ini juga akan menetapkan kepanitiaan dan tim kerja penyelenggaraan acara.
ANWAR SISWADI