TEMPO.CO, Yogyakarta - Perempuan tinggi kurus menghunus tongkat panjang ke ujung bawah. Tangan kiri menopang erat tongkat itu. Ujung bawah tongkat seperti hendak menerobos vagina. Ia berdiri gontai. Wajahnya menoleh ke arah tongkat. Dia menggelung rambut, bersimpul di bagian atas kepala. Rambut berjuntai, acak-acakan. Ia berkain panjang di atas paha. Kain bagian bawah tersingkap.
Patung perempuan ini satu dari 30 karya pameran seni rupa berjudul Meta / Mata seniman Pupuk Daru Purnomo di Sangkring Art Space, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 26 Oktober – 8 November 2013. Karya pupuk berupa lukisan dan patung. Patung berjudul Imajinasi Seksual (perempuan) dan Imajinasi Seksual (pria) adalah karya yang liar. “Ini bentuk kejujuran. Setiap perempuan dan laki-laki punya imajinasi seksual,” kata Pupuk kepada Tempo.
Menurut Pupuk, dua patung berbahan perunggu itu melukiskan sikap jujur manusia. Pupuk ingin menggambarkan imajinasi seksual manusia secara artistik, tak sekadar mengumbar tubuh perempuan. Patung menjadi alat berimajinasi. Ia tidak merujuk pada orang tertentu. Pupuk sengaja mengaburkan wajah perempuan dan laki-laki. “Saya gambarkan keindahan tubuh perempuan yang ideal,” kata dia.
Keindahan perempuan juga Pupuk goreskan dalam lukisan berjudul Frida Kahlo, perupa Meksiko. Frida terkenal dengan karya berjudul potret diri. Ada dua lukisan wajah Frida Kahlo yang Pupuk pajang di lantai bawah dan atas galeri. Frida Kahlo di lantai atas berwajah bintik lingkaran berukuran kecil. Wajah Kahlo berada dalam lingkaran besar seperti dalam buku isihara. Buku ini biasa digunakan untuk memeriksa buta warna pada mata manusia.
Kahlo menatap tajam. Ia beralis tebal. Bandana merah jambu menghiasi rambutnya. Ia beranting panjang. Kalung panjang melingkari leher. Sepanjang hayat, Kahlo pedih. Kecelakaan lalu lintas meneror kesehatannya. Tapi, Kahlo terus melukis.
Seperti Kahlo, Pupuk bernasib mirip. Seniman yang pernah pameran di National University of Singapore Museum ini juga pernah mengalami gangguan mata pada 2009-2012. Ia melihat obyek ganda. Ini membuat kejiawaan Pupuk terguncang. “Kondisi saya sama dengan Kahlo ,” kata Pupuk.
Pada periode tahun itu, Pupuk terus berkarya. Ketika mematung, ia mengandalkan indera peraba untuk mengatasi persoalan penglihatannya. Ide membuat karya, kata Pupuk menumpuk selama ia sakit mata. “Saya tetap melukis dan membuat patung semampu saya,” kata dia.
Alumni Jurusan Seni Lukis Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini mengatakan gangguan kesehatan itu mendorongnya untuk pameran tunggal. Ia menyebut karya pada pameran ini tidak ramah pasar. Menurut dia, semua bahan karya menghabiskan biaya yang tidak sedikit. “Saya ingin merayakan keberhasilan melewati cobaan hidup,” kata dia.
Selain Kahlo, karya Pupuk yang digarap selama tiga tahun juga menonjolkan seniman maestro dunia. Ia melukis Monet, Rembrandt, Van Gogh, Pablo Picasso, AlBrecht Durer, dan Salvador Dali. Latar belakang Eropa juga muncul dalam karya Pupuk. Ia meletakkan 25 kursi berbahan perunggu dan besi di tengah galeri. Kursi itu bertuliskan nama seniman maestro, seperti Monet. Tempat duduk itu menghadap papan tulis yang penuh kutipan maestro.
SHINTA MAHARANI