Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Melirik Kebudayaan Wayang Potehi di Makassar

image-gnews
Wayang potehi. TEMPO/Subekti
Wayang potehi. TEMPO/Subekti
Iklan

TEMPO.CO, Makassar - Panggung besar itu tiba-tiba gelap. Namun, itu tidak lama. Tiba-tiba saja muncul cahaya yang menyinari titik tengah panggung yang menyerupai kotak. Di sana, terlihat properti menyerupai layar segi empat bergambar kisah atau tokoh yang telah melegenda.

Di atas kotak panggung tampillah tokoh Sun Go Kong. Ia tak sendiri, tapi bersama Tong Sam Chong, Ti Pat Kay, dan Wu Ching. Dalam cerita tersebut, mereka akan mengemban tugas ke barat untuk mengambil kitab suci sumber kekuatan dan ilmu.

Perjalanan berjarak jauh itu ditempuh dengan banyak halangan dan rintangan. Bahkan, mereka bertemu lusinan siluman. Sun Go Kong cs pun berusaha menjauhkan kitab itu dari tangan orang jahat.

Begitulah cerita wayang potehi yang digelar di Trans Studio Mall, Makassar, Sulawesi Selatan. Seperti wayang potehi pada umumnya, si dalang memilih latar kotak panggung dengan warna merah, dengan sedikit unsur hijau dan kuning. Wayang ini merupakan satu dari rangkaian kegiatan menyambut Tahun Baru Imlek sejak Rabu hingga Ahad, 6–10 Februari 2013.

Berbeda dengan wayang kulit yang membutuhkan latar nan panjang dan lebar, kotak panggung wayang potehi hanya berukuran 3x4 meter, dengan tinggi 1,5 meter. Ada lima orang yang terlibat dalam satu kali pertunjukan: satu dalang, satu asisten dalang, serta tiga orang musikus pengiring dengan alat musik sederhana.

Wayang potehi ini adalah jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari Cina bagian selatan. Kesenian ini konon dibawa oleh perantau etnis Tionghoa ke berbagai wilayah Nusantara pada masa lampau. Kini, wayang potehi menjadi salah satu jenis kesenian tradisional Indonesia.

Menurut Ketua Paguyuban Wayang Potehi Fu He An Indonesia cabang Sulawesi Selatan, M David Aritanto, wayang potehi berasal dari Dinasti Tang di Provinsi Hokkian. Berdasarkan legenda, ide wayang potehi datang dari lima narapidana akan dihukum mati. Menjelang eksekusi, satu terhukum mengajak keempat temannya untuk menghibur diri mereka sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Daripada merenungi nasib, mending kita membuat hiburan untuk membuat diri kita tertawa supaya senang," kata David menirukan si narapidana.

Atas usul itu, mereka berinisiatif membuat alat musik dengan bahan baku seadanya. Untuk boneka atau wayangnya, mereka menciptkannya dari sapu tangan. Mereka pun terhibur dengan wayang kecil itu, bahkan cerita itu sampai ke telinga Kaisar. "Mereka dipanggil menghadap Kaisar dan memainkan wayang poheti di Istana." Sejak saat itu, wayang potehi mulai terkenal di kalangan masyarakat Cina. "Kelima orang itu pun bebas dari hukuman."

Soal cerita yang bakal dipentaskan dalam wayang potehi, David menyerahkan kepada pemesannya. Sebab, Paguyuban Fu He An memiliki seluruh tokoh legenda wayang potehi.

IIN NURFAHRAENI DEWI PUTRI

Berita Lain:
Lagu 'Malaikat Juga Tahu' Versi Glenn Fredly  

Ashton Kutcher Dikerjai Anak 12 Tahun  
Hamil, Cathy Sharon Rela Menjauhi Makanan Kesukaan  
Glenn Berharap Raffi Bisa Lewati Kasus Narkoba

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

20 November 2021

Konvensi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pedalangan dan Pewayangan di Yogyakarta, Jumat, 19 November 2021. Tempo/Pribadi Wicaksono
Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

Wayang kulit merupakan salah satu karya adiluhung Indonesia telah diakui oleh UNESCO melalui penetapan resmi pada 2003.


Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

21 Januari 2019

Pementasan wayang potehi di Klenteng Sin Tek Bio dalam perayaan Dewa Bumi Hok Tek Ceng Sin, Minggu, 20 Januari 2019 (TEMPO/Bram Setiawan)
Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

Wayang potehi dipentaskan pada 20-21 Januari dalam perayaan ulang tahun Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi untuk kemakmuran dan jasa.


Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

11 November 2018

Sejumlah artis Ibu Kota dari Partai NasDem berfoto bersama sebelum mendaftarkan diri menjadi bakal calon legislatif (caleg) di kantor KPU, Jakarta, Senin, 16 Juli 2018. NasDem mengajukan 20.391 calon anggota legislatif, mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga DPD, di antaranya artis Nafa Urbach, Tessa Kaunang, Addies Adelia, dan Krisna Mukti. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk ini digelar pada hari ke-2 perayaan ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah.


Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

11 November 2018

Ketua Umum Partai Nasdem dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hadir dalam acara penutupan pekan orientasi calon legislatif Partai Nasdem di Hotel Mercure Ancol, Jakarta pada Senin, 3 September 2018.  TEMPO/Dewi Nurita
Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

Acara ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah, akan ditutup dengan pembekalan calon legislatif partai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.


Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

27 Januari 2018

Pagelaran wayang dengan lakon Bima Jumeneng Guru Bangsa yang dihadiri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Mendagri Tjahjo Kumolo di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

Menurut panitia acara pagelaran wayang, Ki Purwo Asmoro yang tampil di acara ulang tahun PDIP ini adalah dalang favorit Presiden Jokowi.


Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

27 Januari 2018

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, memotong tumpeng saat menghadiri pagelaran wayang dengan lakon Bima Jumeneng Guru Bangsa di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

Megawati mulai menyukai wayang sejak kecil karena ayahnya, Presiden RI ke-1 Soekarno kerap menggelar pertunjukan wayang di Istana.


Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

11 November 2017

Dalang Ki Purbo Asmoro mengajarkan siswa memainkan wayang kulit di Jakarta Intercultural School (JIS) Elementary, Jakarta, 2 November 2017. Tempo/Ilham Fikri
Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

Wayang kulit menjadi salah satu benda seni yang dipamerkan dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia di museum Kota Binche.


Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

26 September 2017

Wayang kulit karakter Gatotkaca hadir di serial Star Trek: Discovery. (Star Trek: Discovery)
Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

Ada wayang kulit dalam serial televisi Star Trek: Discovery episode terbaru yang tayang pada akhir pekan lalu.


PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

7 Juli 2017

Dua orang seniman berlakon sebagai Petruk dan Gareng dalam pertunjukan kesenian wayang orang yang berjudul Jayabaya Mukswa di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Surakarta (31/3). TEMPO/ Nita Dian
PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

Pada Maret lalu, PT KAI juga menyerahkan bantuan senilai Rp 150 juta untuk gedung kesenian itu.


Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

3 Juli 2017

Penari Wayang Orang mementaskan Pentas Opera Ramayana pada acara Bakdan Neng Solo di Benteng Vantenburg, Solo, Jawa Tengah, 28 Juni 2017. Pentas tersebut digelar sebagai promosi kota sekaligus diharapkan dapat memberikan hiburan bagi pemudik maupun warga yang berlibur di Kota Solo saat lebaran 2017. ANTARA FOTO
Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

Lakon Rama Tambak dalam Opera Ranayana ini tak hanya menyuguhkan konflik antar-kerajaan, tapi juga menyelipkan pesan-pesan lingkungan.