TEMPO Interaktif, Banten- Masyarakat Suku Baduy yang tinggal di kawasan Gunung Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, sampai saat ini tetap mempertahankan adat istiadatnya secara turun-temurun. Masyarakat yang tidak mengikuti budaya moderenisasi ini umumnya bermukim di daerah aliran Sungai Ciujung.
Masyarakat Baduy bermukim sekitar 172 kilometer sebelah barat ibu kota Jakarta, 65 kilometer sebelah selatan ibu kota Provinsi Banten, dan sekitar 38 kilometer sebelah selatan ibu kota Kabupaten Lebak. Luas Desa Kenekes mencapai 5.108 hektare, terdiri dari hutan lindung 3000 hektare, dan 2108 hektare daerah permukiman penduduk, serta lahan garapan warga Baduy.
Masyarakat Baduy terdiri dari dua kelompok sosial, yaitu masyarakat Baduy Dalam dengan ciri pakaian berwarna putih dan masyarakat Baduy Luar yang berpakaian hitam. Masyarakat Baduy Dalam memiliki karakteristik tersendiri. Konsep hidup mereka sepenuhnya tertumpu pada filisofi “Lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung” yang artinya panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung.
Dibandingkan Baduy Dalam, kehidupanya masyarakat Baduy Luar sedikit lebih terbuka. Namun demikian, dalam menjalankan kehidupannya, mereka tetap patuh dan taat menjalankan perintah adat. Masyarakat Baduy tidak hanya mempertahankan adat mereka saja, tetapi juga sangat menjaga kelestarian hutan yang ada di kawasannya. Untuk itu, sebanyak 125 sumber mata air, yang umumnya mengalir ke Sungai Ciujung tetap terjaga.
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten, Egi Djanuiswati, mengatakan Baduy tidak menjadi target eksploitasi wisata di Provinsi Banten. Namun, Baduy sebagai bentuk kearifan lokal memang menarik untuk diperhatikan karena masyarakatnya selalu menjaga budaya secara turun-menurun. “Warga Baduy juga sangat menjaga kelestarian lingkungan,” kata Egy, Jum’at, 27 Mei 2011.
Saat ini yang menjadi sasaran pengembangan di Kawasan Baduy, khususnya di Baduy Luar, yakni cara meningkatkan eksistensi masyarakatnya dengan meningkatkan kualitas hasil produksi tenun Baduy. “Kita telah memberikan pelatihan kepada pengrajin di Baduy untuk meningkatkan hasil tenunnya agar dalam warnanya awet dan kualitas produksinya meningkat,” kata Egy.
Bahkan di Desa Ciboleger atau desa yang berbatasan dengan kawasan Baduy telah dikembangkan berbagai fasilitas, seperti internet dan penataan fasilitas lainya yang mendukung kebutuhan tamu yang akan datang ke Baduy.
WASI’UL ULUM