TEMPO Interaktif, Jakarta -
The Mirror Never Lies
Genre: drama
Durasi: 100 menit
Sutradara: Kamila Andini
Pemain: Reza Rahadian, Atiqah Hasiholan, Eko, Zainal, Gita Novelista
Studio: Set Karya Film
-------------------------------------------------------------
Cermin bagi Pakis (Gita Novelista) tak hanya alat untuk berhias dan mematut diri. Lewat pantulan cermin, gadis kecil itu berharap mendapat secercah kabar tentang nasib ayahnya yang hilang. Sudah berbulan-bulan sang ayah, yang bekerja sebagai nelayan, tak pulang. Penduduk kampung dan sang ibu, yang bertahan hidup dengan menjual tripang serta rumput laut, yakin lelaki itu sudah meninggal.
Sebagian besar warga suku Bajo memang nelayan tradisional, yang mencari ikan di laut dengan peralatan sederhana. Laut merupakan bagian dari hidup mereka. Di atas laut pula mereka membangun perkampungan dan sekolah. Namun tak sedikit di antara nelayan itu yang pulang tinggal nama diterjang ganasnya ombak laut, yang kadang tak bersahabat. Itulah yang diyakini terjadi pada ayah Pakis.
Tapi Pakis berkukuh ayah tercintanya akan kembali ke rumah, memeluknya dan mengisahkan dongeng tentang laut serta isinya, seperti biasanya. Pakis bahkan rajin menyambangi dukun desa untuk meminta membantu mencari ayahnya. Melalui cermin pemberian ayahnya itu, Pakis selalu berharap dapat melihat bayangan ayahnya suatu hari nanti. “Cermin itu diberikan bapakmu agar kamu dewasa, tidak seperti anak kecil,” kata sang ibu, Tiyung (Atiqah Hasiholan), setiap kali gemas oleh kelakuan Pakis.
Suatu hari perkampungan nelayan tempat tinggal Pakis kedatangan seorang tamu. Tido (Reza Rahadian) namanya. Dia seorang peneliti lumba-lumba asal Jakarta, yang untuk sementara waktu menetap di kampung untuk meneliti satu jenis lumba-lumba. Atas keputusan kepala kampung, lelaki itu menyewa salah satu kamar di kediaman Pakis. Gadis kecil itu awalnya merasa keberatan. Tapi sikap Tido yang simpatik perlahan-lahan mampu mencuri hatinya. Dia bahkan amat cemburu ketika tak sengaja melihat Tido tampak begitu akrab dengan sang ibu, yang ke mana-mana selalu memakai pupur tebal di wajahnya.
Kisah Pakis, cermin, dan kerinduannya akan sosok sang ayah terangkum dalam film berjudul The Mirror Never Lies. Berlatar belakang kehidupan sehari-hari suku Bajo di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, film ini menjadi debut sutradara muda Kamila Andini. Film yang banyak menyajikan pemandangan indah bawah laut ini merupakan hasil kerja sama antara SET Karya Film, World Wide Fund for Nature Indonesia, dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi. Proses pembuatan film yang menyabet penghargaan honorable mention dari The Global Film Initiative, San Francisco, Amerika Serikat, pada 14 April lalu ini juga lumayan panjang, yakni tiga tahun. “Selain butuh riset yang cukup panjang, kami harus berkompromi dengan kondisi alam,” ujar Dini.
Keunikan dan keindahan panorama Wakatobi dengan lautnya yang biru-jernih serta ratusan spesies karang menawan menjadi kekuatan utama film. Lihatlah bagaimana Pakis bermain-main dengan tidur telentang mengambang di permukaan lalu atau berenang di antara terumbu karang. Tentu saja, sebagai sebuah film cerita komersial, kekuatan cerita tetap tak boleh diabaikan. Dini, yang juga putri sutradara Garin Nugroho, mencoba membangun jalinan plot di atas kerangka cerita yang sederhana. Memusatkan konflik pada sosok Pakis, film yang dibintangi tiga bocah lokal, Gita Novelista, Eko, dan Zainal, ini bergerak dalam alur cerita yang cukup lambat dengan dialog yang tak banyak.
Namun, sebagai pendatang baru, Dini lumayan berhasil. Tak cuma tertolong oleh keindahan alam Wakatobi yang benar-benar natural, keluguan para bocah Wakatobi yang tampil apa adanya itu juga mampu memberi kesegaran. Beberapa adegan bahkan mampu membuat penonton tertawa. Misalnya saat Limo, bocah lelaki teman sekelas Pakis, mencoba merayunya dengan bernyanyi dan berjoget. Lewat film ini, kita diajak menyelami filosofi hidup dan kekayaan budaya lokal suku Bajo. Dini, misalnya, menyelipkan tradisi mencari jodoh dalam film yang banyak menggunakan dialog bahasa lokal lengkap dengan subtitle bahasa Indonesia ini.
Namun, sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan, film ini mencoba mengajak kita belajar lebih bijaksana memperlakukan alam, termasuk laut dan segala isinya. Laut adalah cermin besar yang tak pernah berdusta yang menyampaikan kabar dengan caranya sendiri. Laut memberikan kenikmatan. Namun kadang laut menjadi ganas, dan mengambil milik kita.
NUNUY NURHAYATI