Fadli sudah bertemu dengan Taufiq Ismail soal ini, penyair itu menolak disebut plagiat. "Puisi Kerendahan Hati itu bukan kerjaan saya," kata Taufiq seperti ditirukan Fadli Zon.
Menurut Fadli, puisi "Kerendahan Hati" yang beredar, nama pengarangnya ditulis sebagai Taufik Ismail. Padahal, Taufiq Ismail memakai "q" pada nama Taufiqnya, bukan "k". Jadi bisa jadi apa yang digunjingkan itu salah orang.
Baca Juga:
Dugaan plagiarisme puisi itu ramai dibahas di jejaring sosial. Karya Taufik dituduh sangat mirip dengan puisi berjudul Be the Best of Whatever You Are karya Douglas Malloch.
Malloch adalah penyair kelahiran Muskegon, Michigan, Amerika Serikat, pada 1877. Ia menulis puisi untuk pertama kalinya pada usia 10 tahun, yang diterbitkan di Detroit News kala itu. Hingga kumpulan puisinya diterbitkan dalam bentuk buku berjudul In Forest Land dan menjadi buku terlaris.
Fadli yang juga pernah menjadi Ketua Panitia 55 tahun Taufiq Ismail dalam sastra Indonesia ini mengatakan sudah mencari berbagai kumpulan puisi Taufiq dan tak menemukan karya berjudul "Kerendahan Hati" yang dituduhkan tersebut. Saat itu, Fadli dan kawan-kawan telah menerbitkan 4 buku karya-karya Taufiq. Salah satunya kumpulan puisi tahun 1953-2008 berjudul Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit, setebal 1076 halaman. "Di buku itu saya tidak menemukan puisi berjudul 'Kerendahan Hati'," katanya.
Menurut Fadli, Taufiq juga menerjemahkan puisi 160 penyair Amerika yang dikumpulkan dalam buku "Rerumputan Dedaunan" dan hingga saat ini belum diterbitkan. Dalam terjemahan tersebut tak ada puisi Douglas Malloch.
Fadli yang juga redaktur Majalah Horizon sejak 1993, sudah meriset majalah-majalah Horison terbitan pertama hingga sekarang maupun buku-buku puisi Taufiq, tak juga menemukan puisi itu.
Ia membenarkan Douglas Malloch adalah penyair Amerika. Memang tak begitu terkenal. Hanya saja, Marthin Luther King dalam pidatonya banyak mengutip puisi tersebut yang berjudul "Be the Best of Whatever You Are". "Ini seperti 'public domain' kata-kata bijak. Orang Indonesia pertama yang mengutip ini adalah Soe Hok Gie," ujarnya.
Menurut Fadli, Taufiq yang saat itu bersambang ke perpustakaannya, juga tak pernah mengklaim puisi tersebut adalah miliknya.
ISMI WAHID