Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tafsir Pemberontakan Prabu Minakjinggo  

image-gnews
Pameran Bertema Minakjinggo di Bentara Budaya Yogyakarta.(TEMPO/Anang Zakaria)
Pameran Bertema Minakjinggo di Bentara Budaya Yogyakarta.(TEMPO/Anang Zakaria)
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Di atas selembar kanvas berukuran 190 X 130 sentimeter, perupa Herjaka HS menampilkan gambar awan Merapi. Berwarna keabuan dan bergulung membumbung ke angkasa. Dari dalam wedhus gembel itu, sosok wajah Minakjinggo, penguasa Blambangan, sebuah wilayah kerajaan di timur pulau Jawa, yang hadir bersama abdi setianya, Dayun. Seperti lazim lukisannya yang lain, Herjaka menggunakan idiom wayang untuk menggambarkan sosok keduanya.

Di kaki awan, Herjaka menggambarkan kecemasan rakyat terhadap amuk Merapi. Di sini, lagi-lagi, dia gunakan wayang untuk menggambarkannya. Wajah-wajah lelaki-perempuan hadir dalam bentuk mirip tokoh punakawan, seperti Gareng, Petruk dan Bagong. “Tiap kali bencana datang, rakyat juga mendapat sengsara,” kata dia, Minggu (30/1).

Dalam lukisan berjudul “Minakjinggo”, ada sebuah pesan yang hendak disampaikan Herjaka. “Tentang alam, dalam tanda kutip, yang sedang menagih janji penguasa,” kata dia. Ironisnya, lanjut dia, penguasa kerap lupa akan janji yang telah diucapnya. Untuk menggambarkan cerita tentang alpa penguasa, dia tambahkan sebuah gambar kursi di sudut kiri atas lukisannya. Kosong melompong.

Lukisan itu menjadi salah satu karya dari 28 perupa yang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta. Bertema “Mirong Kampuh Jinggo”, karya perupa itu dipajang sejak Jumat (21/1) sepekan lalu dan berakhir hari ini. “Pameran itu berkisah tentang Prabu Minakjinggo,” kata Sindhunata, kurator pameran.

Prabu Minakjinggo, seperti kerap diangkat sebagai lakon dalam pementasan ketoprak, adalah seorang penguasa kerajaan Blambangan, letaknya di ujung timur pulau Jawa. Dia adalah tokoh kontroversif dan digambarkan bermuka anjing karena dianggap melawan penguasa pusat, Kerajaan Majapahit.

Pemberontakan Minakjinggo bukan tanpa sebab. Awalnya, dia adalah pemuda tampan dan sakti bernama Jaka Umbaran. Saat penguasa Majapahit Putri Kencanawungu menggelar sayembara untuk menumpas pemberontakan Bupati Lumajang, Kebo Marcuet, Minakjinggo datang menawarkan diri. Sebagai imbalan, sang puteri bersedia menikah dengan “Jinggo (jagoan)” yang mampu mengalahkan Kebo Marcuet yang berkepala kerbau.

Singkat cerita, Minakjinggo mampu menumpas pemberontakan itu. Namun dalam pertempuran hebat wajahnya rusak dan berubah menjadi anjing. “Karena diinjak-injak Kebo Marcuet,” kata Sindhunata berkisah.

Lantaran berupa menjadi si buruk rupa, puteri Kencanawungu enggan menikahinya. Penguasa Majapahit itu justru mengingkari janjinya.

Tapi, ada cerita lain yang mengisahkan Minakjinggo sebagai pemberontak Majapahit yang sekaligus berniat menikahi Puteri Kencanawungu. Sesuai wangsit yang diterimanya, hanya Damarwulan--anak desa yang bekerja di kandang kuda--yang mampu menumpas pemberontakan Minakjinggo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, menumpas Minakjinggo bukan perkara mudah. Dia memilik senjata ampuh, Gadha Wesi Kuning, yang sakti mandraguna. Berkat penghianatan dua selir Minakjinggo, Damarwulan akhirnya berhasil mencuri senjata itu. Dan, Minakjinggo pun tewas oleh senjatanya sendiri.

Cerita klasik rakyat itu, kata Sindhunata, dihadirkan kembali melalui pameran. Prabu Minakjinggo ditampilkan dalam konteks realitas sosial politik masa kini. “Tentang mereka yang terpinggirkan,” kata dia.

Minakjinggo yang berkepala anjing, misalnya, dihadirkan melalui lukisan Slamet Riadi berjudul “Endi Bektiku?”. Di atas kanvas berukuran 60 X 80 sentimeter, Slamet menampilkan sosok gagah berjas merah, berkemeja putih rapi lengkap dengan dasi yang berkepala anjing.

Di sini, kata Sindhunata, siapakah yang lebih layak disebut berwatak anjing: penguasa yang ingkar janji atau pemberontak yang teguh memegang prinsipnya? Berbicara tentang makna pemberontakan dan kesetian, Sindhunata mengajak melihat lukisan karya Irawan Banuaji berjudul “Pho Bias”.

Di lukisan berukuran 150 X 115 sentimeter itu, Irawan menggambar sosok lelaki bertopeng wayang sedang duduk di depan sebuah cermin rias. Dia berusaha menyelipkan sebilah keris di ikat pinggang. Yang unik adalah bukan topeng wayang yang terpantul pada cermin di depannya, melainkan wajah Mbah Marijan, juru kunci Merapi yang meninggal diterjang awan panas pada bencana erupsi lalu.

Mbah Marijan, menurut dia, adalah sosok yang diidentikkan dengan kesetiaan sekaligus ketidaksetiaan. Setia menjalankan misi menjaga Merapi sekaligus “pemberontak” pada kekuasaan keraton yang memberikan perintah. Secara prinsip, karakter mereka sama. “Tinggal dari bagian mana orang menilainya,” kata dia.

Cerita tentang Minakjinggo dengan kontroversi pemberontakannya, bagi Sindhu, masih cukup relevan diangkat. Ceritanya penuh sindiran, terlebih di tengah polemik keistimewaan Yogyakarta saat ini.

ANANG ZAKARIA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

5 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

12 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.