TEMPO Interaktif, Jakarta: Aryani Kriegenburg Willems, 42 tahun, adalah salah satu kejutan dalam Festival Film Indonesia 2008 yang digelar Jumat malam lau di Bandung. Sebagai pendatang baru, perannya dalam film Under The Tree besutan Garin Nugroho mengantarkannya meraih Piala Citra sebagai pemeran pendukung wanita terbaik. "Ini film pertama saya," kata Aryani.
Seperti telah diumumkan, FFI kali ini menobatkan Fiksi sebagai film terbaik, Mouly Surya sebagai sutradara terbaik (Fiksi), Vino G. Bastian sebagai pemeran utama pria terbaik (Radit dan Jani), Fahrani sebagai pemeran utama wanita terbaik (Radit dan Jani), serta Yoga Pratama sebagai pemeran pendukung pria terbaik (3 Doa 3 Cinta). Juga beberapa penghargaan untuk kategori lainnya.
Meski sempat berharap jadi pemenang, Aryani tetap tak kuasa menahan rasa kagetnya. Bercampur senang di atas podium, dia mengucapkan banyak terima kasih lalu berjoget ketika akan turun panggung. "Saya hanya senang bisa membuat mereka bangga yang bekerja sangat sangat keras untuk film ini. Ini untuk mereka sebenarnya," katanya.
Kisah keterlibatan perempuan asal Bali dalam film itu tergolong unik. Setahun lalu, saat dia mudik ke Denpasar dari Jerman, tak sengaja ia bertemu dan berkenalan dengan Garin Nugroho di depan rumahnya. Sutradara itu, kata Aryani, tengah mengantar Dian Sastrowardoyo belajar menari untuk pembuatan film Drupadi.
Setelah saling sapa dan berkenalan, kata dia, Garin menawarinya ikut main film. Aryani langsung mengiyakan tanpa banyak pertimbangan. "Kami baru kenal, tapi kami langsung percaya. Ada naluri keenam, magic realism," katanya.
Kejelasan film dan peran menyusul kemudian lewat surat elektronik ketika dia telah kembali ke Jerman. Di negara asal suaminya itu, Aryani bersama empat anaknya telah tinggal selama 18 tahun. Untuk pengambilan gambar, dia datang beberapa kali ke Indonesia.
Saat diputar di JiFFest beberapa waktu lalu, sejumlah rekan memuji perannya. "Terus saya melihat pertama kali diri saya sendiri di layar. It's okay, saya tidak kecewa dengan permainan saya. Sejak itu saya berpikir mungkin bisa menang," katanya.
Dunia peran memang sudah tak asing bagi perempuan yang pernah belajar tari kepada Bagong Kussudiardja dan STSI Solo itu. Di Jerman, selama ini dia bekerja sebagai pengamen. "Apa pun kerja seni yang ditawarkan, saya kerjakan. Dari menari, saya punya band, menyanyi, main teater. Suami saya juga pengamen. Kami harus bekerja keras untuk menghidupi empat anak," katanya.
Setelah berperan di film pertamanya yang berbuah Piala Citra, Aryani akan melebarkan langkahnya ke dunia film. "Main itu bagi saya seperti berlibur. Saya berhenti menjadi Aryani yang ibu anak empat, istirahat dari keseharian. Saya boleh menjadi peran yang saya mainkan sejenak," katanya.
Menjadi seorang seniman, Aryani selalu tertantang untuk berperan menjadi orang lain. Di Jerman, ia kerap bermain teater dengan bahasa Jerman. Namun, ia mengakui lebih senang berkesenian di Indonesia. "Karena suasana bekerja di sini sangat kekeluargaan."
ANWAR SISWADI