TEMPO Interaktif, JakartaKendati mendapat tanggapan yang besar dari masyarakat, ternyata film 'Laskar Pelangi' tak didaftarkan ikut Festival Film Indonesia (FFI) 2008. Selain alasan teknis, yaitu waktu penyelenggaraan hajatan itu berbarengan dengan promosi film tersebut, ada alasan yang sangat mendasar. Apakah itu?
"Sejak dua tahun lalu, saya bersama Mira (Mira Lesmana - red) ikut menandatangani pernyataan untuk mencari upaya yang signifikan untuk membenahi penyelenggaraan FFI," papar Sutradara 'Laskar Pelangi' Riri Riza saat dihubungi, Rabu (22/10) malam.
Hajatan tahunan tersebut, dinilai Riri Riza maupun Mira Lesmana masih belum independen dari camput tangan pemerintah dalam berbagai hal. "Dan bukan semata-mata dalam hal finansial penyelenggaraan acara itu," tutur pria kelahiran Makassar 7 Oktober 1970.
Lantas, Riri pun menyodorkan satu contoh. Dalam pedoman penyelenggaraan festival itu, jelas Riri, terdapat satu aturan yang mengharuskan film yang didaftarkan sebagai peserta sudah harus lolos sensor. "Lantas pertanyaannya, siapa yang membentuk lembaga sensor, siapa yang mendanai? siapa yang membuat aturan?," kata jebolan Institut Kesenian Jakarta tersebut.
Dengan demikian, kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dalam penyelenggaraan acara itu sangat besar sekali. "Sehingga, kami merasa bila tahun depan sudah ada perubahan yang signifikan, bolehlah Laskar Pelangi nanti kita daftarkan," tandasnya.
Riri yang bersama Mira Lesmana pada 1998 melahirkan film 'Kuldesak' itu, menambahkan, saat ini ia bersama Mira Lesmana serta Mizan Production, lebih memilih untuk terus melakukan promosi Laskar Pelangi. "Karena Laskar Pelangi ini masih belum lama, baru kemarin. Sehingga masih perlu dipromosikan, dikomunikasikan," ungkapnya.
Namun yang pasti, Riri sangat berharap adanya pembenahan yang mendasar atas penyelenggaraan tersebut. Dan Riri bukanlah sekadar menaruh harapan. Sebab, pada April tahun lalu, ia bersama Mira Lesmana dan beberapa orang koleganya di dunia perfilman aktif memberikan masukan.
Hanya memang, hingga saat ini pembenahan dan perubahan mendasar belum kunjung terlihat. Meski ada rasa kecewa, tapi bukan berarti Riri bersama teman-temannya akan berhenti untuk memperjuangkan terjadinya perubahan itu. Salah satunya adalah tidak mendaftarkan buah karyanya bersama Mira yang fenomenal itu dalam hajatan tersebut.
Lantas apakah tak sayang bila hasil karya yang telah mendapatkan sambutan luar biasa dari masyarakat itu harus absen dari acara yang dinanti-nanti insan perfilman itu? "Lho buat apa disayangkan. Justeru sebaliknya, akan sangat disayangkan bila film itu dinilai dan diapresiasi dalam sebuah forum yang tidak idependen," tegasnya.
Lebih dari itu, pria bernama lengkap Mohamad Rivai Riza ini, mengaku akan lebih merasa bersalah kepada semua yang terlibat dalam film itu, bila memaksakan ikut dalam FFI. "Harus jujur diakui, semua yang terlibat dalam proses pembuatan, para pendukung, pemain, produser, saya memang butuh apresiasi. Tapi kalau apresiasi itu datangnya dari forum yang tidak diyakini independensinya, kan bertentangan dengan nurani," ujarnya.
Riri pun menambahkan, dengan tidak ikutnya 'Laskar Pelangi' dalam FFI pada tahun ini, justeru ada hikmahnya. Sebab, pada saat ini proses promosi ke masyarakat juga terus berlangsung. Seiring dengan itu, secara alamiah terjadi proses penilaian oleh masyarakat.
Dan Riri secara pribadi, percaya dengan proses tersebut. "Saya kira masyarakat jauh lebih obyektif, mereka lebih independen, dengan berbagai sudut pandang dalam menilai. Masyarakat memang layak menilai, apapun hasilnya," imbuh Riri.
Arif Arianto