TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis lukisan palsu yang makin menggurita beberapa tahun belakangan makin meresahkan kolektor dan pecinta seni Indonesia. Jaringan yang telah terorganisasi dan lemahnya dokumentasi karya-karya pelukis—bahkan termasuk karya beberapa maestro, seperti Sudjojono, Basuki Abdullah, atau Affandi—membuat makin terbukanya peluang melakukan praktek ini.
Perkumpulan Pencinta Seni Rupa Indonesia (PPSI) berupaya mengerem praktek ini dengan menerbitkan buku Jejak Lukisan Palsu Indonesia. Buku setebal 382 halaman yang ditujukan untuk kolektor ini ditulis oleh beberapa pihak yang telah malang melintang di dunia seni, seperti Agus Dermawan, Amir Sidharta, Asiong, Syakieb Sungkar, Deddy Kusuma, Seno Joko Suyono, dan lain-lain.
"Buku ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama yaitu investigasi praktek lukisan palsu, tulisan pakar, dan juga rekomendasi untuk kolektor bagaimana melihat lukisan palsu," ujar Syakieb Sungkar, salah satu penulis buku ini ketika ditemui pada acara peluncuran Jejak Lukisan Palsu Indonesia di Galeri Nasional, Kamis, 8 Mei, 2014.
Buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi para kolektor dalam membeli lukisan. "Karena praktek pemalsuan makin parah sejak lima-enam tahun terakhir, seiring tingginya harga lukisan pelukis Indonesia," ujar Budi Setiadharma, Ketua PPSI, dalam sambutannya.
Banyak kolektor yang telah menjadi korban karena membeli lukisan bodong. "Saya sendiri, misalnya, pernah membeli lukisan palsu Affandi di pelelangan," ujar kolektor senior Deddy Kusuma. Ia mengatakan, ketika membeli, dirinya memang tidak terlalu memperhatikan detail lukisannya. Namun, setelah diteliti lebih lanjut, ia menemukan banyak kejanggalan yang melunturkan keyakinannya bahwa lukisan tersebut adalah karya asli Affandi.
"Tidak hanya karya maestro, pelukis Indonesia yang masih hidup dan harga lukisannya mencapai ratusan juta juga mulai banyak dipalsukan," katanya.
Syakieb Sungkar menyebutkan, bila memang seorang kolektor terlanjur membeli lukisan palsu dan tidak bisa dikembalikan, hal yang sebaiknya dilakukan adalah menyimpannya di gudang. "Jangan dijual kembali atau diberikan pada orang," ujarnya. Alasannya, hal ini dapat mengaburkan identitas palsu lukisan tersebut.
RATNANING ASIH
Berita terkait
Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga
59 hari lalu
Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.
Baca SelengkapnyaButet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan
15 Januari 2024
Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta
Baca SelengkapnyaTak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni
5 Desember 2023
Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.
Baca SelengkapnyaDebat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini
5 Desember 2023
Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu
22 Agustus 2023
Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.
Baca SelengkapnyaSejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat
4 Juli 2023
Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.
Baca SelengkapnyaWM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia
24 Februari 2023
Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.
Baca SelengkapnyaSeniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia
20 Januari 2023
Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.
Baca SelengkapnyaJadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami
17 November 2022
Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar
Baca SelengkapnyaMasyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan
27 Oktober 2022
Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI
Baca Selengkapnya